METODE
PEMBELAJARAN PENDEKATAN
“OPEN–ENDED”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Inovasi
Pembelajaran Matematika dengan Dosen Pengampu M. Prayito ,S.Pd, M.Pd
Di susun Oleh :
Kelompok 3
Kelompok 3
Amirudin 11310187
Erwin Dwi Lystyarini 11310194
Nur Walidah Afriyani 11310202
Jurusan Pendidikan
Matematika
Fakultas Pendidkan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
IKIP PGRI SEMARANG
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “metode pembelajaran pendekatan
open-ended”
Makalah
ini berisikan tentang metode pembelajaran pendekatan open-ended. Diharapkan
Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna,oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai
akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.Amin.
Semarang, November 2011
PENYUSUN
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii
BAB I ..............................................................................................................................1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 3
C. Tujuan .................................................................................................................3
D. Manfa’at ............................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 5
A. Pengertian pendekatan Open–Ended ................................................................. 5
B. Penemu Metode Pembelajaran Open
Ended ..................................................... 6
C. Prinsip – prinsip Metode Pembelajaran
Open Ended ......................................... 7
D. Kelemahan dan Kelebihan pendekatan
Open–Ended ........................................ 8
E. Pendekatan Open Ended dalam
Pembelajaran Matematika ............................... 9
F. Langkah Guru dalam Mengembangkan
Metode Pembelajaran Open–Ended
..... 10
BAB III PENUTUP.................................................................................................... . 13
A.
Simpulan
..................................................................................................................... 13
B.
Saran
.......................................................................................................................... 14
DAFTAR
PUSTAKA .................................................................................................. 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pendekatan Open-ended
merupakan salah satu upaya inovasi pendidikan matematika yang pertama kali
dilakukan oleh para ahli pendidikan matematika Jepang. Pendekatan ini lahir
sekitar duapuluh tahun yang lalu dari hasil penelitian yang dilakukan Shigeru
Shimada, Toshio Sawada, Yoshiko Yashimoto, dan Kenichi Shibuya (Nohda, 2000).
Munculnya pendekatan ini sebagai reaksi atas pendidikan matematika sekolah saat
itu yang aktifitas kelasnya disebut dengan “issei jugyow” (frontal teaching);
guru menjelaskan konsep baru di depan kelas kepada para siswa, kemudian memberikan contoh untuk penyelesaian beberapa soal.
Seperti diketahui bahwa masalah rutin yang biasa
diberikan pada siswa sebagai latihan atau tugas selalu berorientasi pada tujuan
akhir, yakni jawaban yang benar. Akibatnya proses atau prosedur yang telah
dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal tersebut kurang atau bahkan tidak
mendapat perhatian guru. Padahal perlu disadari bahwa proses penyelesaian
masalah merupakan tujuan utama dalam pembelajaran pemecahan masalah matematika.
Gambaran tersebut sebagaimana dikemukakan Anthony
(1996) yang mengemukakan bahwa pemberian tugas matematika rutin yang diberikan
pada latihan atau tugas-tugas matematika selalu terfokus pada prosedur dan
keakuratan, jarang sekali tugas matematika terintegrasi dengan konsep lain dan
juga jarang memuat soal yang memerlukan kemampuan berfikir tingkat tinggi.
Akibatnya ketika siswa dihadapkan pada tugas yang sulit dan membutuhkan
kemampuan berfikir tingkat tinggi atau jawabannya tidak langsung diperoleh,
maka siswa cenderung malas mengerjakannya, akhirnya dia menegosiasikan tugas
tersebut dengan gurunya.
Pendapat senada juga dikemukakan oleh Rif’at (2001 :
25) yang menyatakan bahwa pembelajaran melalui tugas matematika rutin terkesan
untung-untungan. Dugaan bahwa pembelajar ingat atau lupa akan suatu rumus tidak
dapat dipertahankan. Siswa berkecenderungan berfikir pasif, tidak dapat
berfikir secara terstruktur, dan belajar menjadi tidak atau kurang bermakna.
Weirtheimer (Rif’at, 2001 : 25) juga berpendapat bahwa pembelajaran yang
prosedural, seperti penerapan rumus cenderung menghilangkan kemampuan manusia
untuk melihat struktur masalah secara utuh. Padahal, pemahaman akan struktur
masalah merupakan pemikiran produktif. Proses-proses yang dilakukan oleh siswa
dalam memilih, mengatur dan mengintegrasikan pengetahuan baru, perilaku dan
buah pikirannya akan mempengaruhi keadaan motivasi dan sikapnya dan pada
akhirnya akan berhubungan dengan strategi belajarnya (Weinstein & Mayer
dalam Anthony, 1996).
Tugas dalam pembelajaran matematika diharapkan mampu
membuat siswa berpartisipasi aktif, mendorong pengembangan intelektual siswa,
mengembangkan pemahaman dan ketrampilan matematika, dapat menstimulasi siswa,
menyusun hubungan dan mengembangkan tatakerja ide matematika, mendorong untuk
memformulasi masalah, pemecahan masalah dan penalaran matematika, mamajukan
komunikasi matematika, menggambarkan matematika sebagai aktifitas manusia,
serta mendorong dan mengembangkan keiinginan siswa mengerjakan matematika
(NCTM, 1991; Silver, 1985).
Masalah yang diambil untuk tugas matematika dapat
diperoleh dari masalah yang konstektual (real world) dan masalah dalam
matematika (Shimada & Becker 1997). Masalah konstekstual diambil dari
masalah-masalah keseharian atau masalah-masalah yang dapat dipahami oleh
pikiran siswa. Dengan masalah itu siswa akan dibawa kepada konsep matematika
melalui re-invetion atau melalui discovery. Jika dilihat dari
cara dan jawaban suatu masalah, maka ada dua tipe masalah, yakni tipe masalah
yang diberikan mempunyai cara dan jawaban yang tunggal (close problem)
atau tipe masalah yang mempunyai cara dan jawaban yang tidak tunggal (open
problem) (Ruseffendi 1991 : 254).
Jawaban pertanyaan terbuka dapat
bermacam-macam; tidak terduga. Pertanyaan terbuka menyebabkan yang ditanya
untuk membuat hipotesis, perkiraan, mengemukakan pendapat, menilai menunjukkan
perasaannya, dan menarik kesimpulan (Ruseffendi, 1991 : 256), memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memperoleh wawasan baru (new insight) dalam
pengetahuan mereka (Hancock, 1995). Dengan adanya pertanyaan tipe terbuka guru
berpeluang untuk membantu siswa dalam memahami dan mengelaborasi ide-ide
matematika siswa sejauh dan sedalam mungkin (Nohda, 2000 : 41).
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan
pengertian dari pendekatan Open Ended?
2. Siapakah
penemu Metode Pembelajaran Open Ended?
3. Jelaskan
prinsip pendekatan Open Ended?
4. Sebutkan
kelemahan dan kelebihan pendekatan Open Ended?
5. Bagaimana
pendekatan Open Ended dalam Pembelajaran Matematika?
6. Bagaimana
langkah guru untuk dalam mengembangkan Pembelajaran Open Ended?
C.
TUJUAN
1. Untuk
mengetahui pengertian pendekatan Open Ended.
2. Untuk
mengetahui siapa penemu Metode Pembelajaran Open Ended.
3. Untuk
mengetahui prinsip pendekatan Open Ended?
4. Untuk
mengetahui kelemahan dan kelebihan pendekatan Open Ended.
5. Untuk
mengetahui pendekatan Open Ended dalam Pembelajaran Matematika.
6. Untuk
mengetahui langkah guru untuk dalam mengembangkan Pembelajaran Open Ended.
D.
MANFAAT
1. Siswa
dapat mengetahui pengertian pendekatan Open Ended.
2. Siswa
dapat mengetahui siapa penemu Metode Pembelajaran Open Ended.
3. Siswa
dapat mengetahui prinsip pendekatan Open Ended?
4. Siswa
dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan pendekatan Open Ended.
5. Siswa
dapat mengetahui pendekatan Open Ended dalam Pembelajaran Matematika.
6. Siswa
dapat mengetahui langkah guru untuk dalam mengembangkan Pembelajaran Open
Ended.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian pendekatan Open–Ended.
Pendekatan open-ended adalah "an
instructional strategy that creates interest and stimulates creative
mathematical activity in the classroom through students’ collaborative work.
Lessons using open-ended problem solving emphasize the process of problem
solving activities rather than focusing on the result" (Shimada
&Becker, 1997; dan Foong, 2000).
Pendekatan open-ended prinsipnya sama dengan pembelajaran berbasis masalah yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang dalam prosesnya dimulai dengan memberi suatu masalah kepada siswa. Bedanya Problem yang disajikan memiliki jawaban benar lebih dari satu. Problem yang memiliki jawaban benar lebih dari satu disebut problem tak lengkap atau problem open-ended atau problem terbuka. Contoh penerapan problem open-ended dalam kegiatan pembelajaran adalah ketika siswa diminta mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang diberikan dan bukan berorientasi pada jawaban akhir. Dihadapkan dengan problem open-ended siswa tidak hanya mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Pembelajaran dengan pendekatan open-ended biasanya dimulai dengan memberikan problem terbuka kepada siswa. Kegiatan pembelajaran membawa siswa dalam menjawab pertanyaan dengan banyak cara dan mungkin juga dengan banyak jawaban sehingga mengundang potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam menemukan sesuatu yang baru.
Pendekatan open-ended prinsipnya sama dengan pembelajaran berbasis masalah yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang dalam prosesnya dimulai dengan memberi suatu masalah kepada siswa. Bedanya Problem yang disajikan memiliki jawaban benar lebih dari satu. Problem yang memiliki jawaban benar lebih dari satu disebut problem tak lengkap atau problem open-ended atau problem terbuka. Contoh penerapan problem open-ended dalam kegiatan pembelajaran adalah ketika siswa diminta mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang diberikan dan bukan berorientasi pada jawaban akhir. Dihadapkan dengan problem open-ended siswa tidak hanya mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Pembelajaran dengan pendekatan open-ended biasanya dimulai dengan memberikan problem terbuka kepada siswa. Kegiatan pembelajaran membawa siswa dalam menjawab pertanyaan dengan banyak cara dan mungkin juga dengan banyak jawaban sehingga mengundang potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam menemukan sesuatu yang baru.
Tujuan pembelajaran melalui pendekatan open-ended yaitu untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa melalui problem solving secara simultan. Dengan kata lain kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap peserta didik agar aktivitas kelas yang penuh ide-ide matematika memacu kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta didik.
Pendekatan open-ended menjanjikan suaru kesempatan kepada siswa untuk menginvestigasi berbagai strategi dan cara yang diyakininya sesuai dengan mengelaborasi permasalahan. Tujuannya agar kemampuan berpikir matematika siswa dapat berkembang secara maksimal dan pada saat yang sama kegiatan-kegiatan kreatif dari setiap siswa dapat terkomunikasikan melalui proses belajar mengajar. Pokok pikiran dari pembelajaran dengan open-ended yaitu pembelajaran yang membangun kegiatan interaktif antara matematika dan siswa sehingga mengundang siswa untuk menjawab permasalahan melalui berbagai strategi. Dengan kata lain pembelajaran matematika dengan pendekatan open-ended bersifat terbuka.
Dalam pembelajaran matematika, pendekatan open-ended berarti memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar melalui aktivitas-aktivitas real life dengan menyajikan fenomena alam seterbuka mungkin pada siswa. Bentuk penyajian fenomena dengan terbuka ini dapat dilakukan melalui pembelajaran yang berorientasi pada masalah atau soal atau tugas terbuka. Secara konseptual masalah terbuka dalam pembelajaran Matematika adalah masalah atau soal-soal Matematika yang dirumuskan sedimikian rupa, sehingga memiliki beberapa atau bahkan banyak solusi yang benar, dan terdapat banyak cara untuk mencapai solusi itu.
B.
Penemu
Metode Pembelajaran Open Ended.
Pendekatan
berdasarkan masalah dalam pembelajaran matematika sebenarnya bukan hal yang
baru, tetapi Polya sudah
mengembangkan sejak tahun 40-an. Namun pendekatan ini mendapat perhatian luas
lagi mulai tahun 80-an sampai sekarang. Dengan dikembangkannya pendekatan
pemecahan masalah berbentuk terbuka (open-ended)
di Jepang. Pendekatan ini didasarkan atas penelitian Shimada, adalah “an
instructional strategy that creates interest and simulates creative
mathematical activity in the classroom trhough student’s collaborative work.
Lesson using open-ended problem solving emphasize the proses of problem solving
activities rather than focusing on the result” (Shimada and Becker.1997. Bandingkan dengan foong. 2000)
Pendekatan ini berkembang pesat sampai di Amerika dan Eropa yang selanjutnya dikenal dengan istilah open-ended probleng solving. Di Eropa, terutama di Negara-negara seperti Belanda pendekatan pembelajaran ini mendapat perhatian luas seiring dengan terjadinya tuntutan pergeseran paradigma dalam pendidikan matematika di sana. Di klaim bahwa pembelajaran matematika merupakan “human activities”, baik mental atau fisik berdasarkan “real life” dengan mengambil landasan Konstrutivisme Radikal Modern (berdasarkan biologi Kognitivisme dan Neurophisiologi) oleh Maturana dan varela (1984) bahwa fenomena-fenomena alam itu tidak dapat di reduksi secara penuh menjadi klusa-klausa deterministic, dengan struktur dan pola yang unik, tunggal dan dapat di prediksi secara mudah. Sebaliknya real life, adalah kompleks dengan struktur dan pola yang sering tak jelas, tak selalu teramalkan dengan mudah, multidimensi, dan memungkinkan adanya banyak penafsiran dan sinkuler. Pengetahuan manusia tentang alam hanyalah hipotesa-hipotesa konstruksi hasil pengamatan terbatas, yang tentu saja dapat salah (fallible). Mengambil pandangan ini dalam pembelajaran matematika, berarti memberi kesempatan pada siswa untuk belajar melalui aktivitas-aktivitas real life dengan menyajikan fenomena alam “seterbuka mungkin” pada siswa. Bentuk penyajian fenomena rea dengan “terbuka” ini dapat dilakukan melalui pembelajaran yang berorientasi pada masalah/ soal/ tugas terbuka. (Sudiarta. 2003 a, 2003 b, 2003 c).
Secara konseptual masalah terbuka dalam pembelajarn matematika adalah masalah atau soal-soal matematika yang dirumuskan sedemikian rupa, sehingga memilki beberapa atau bahkan banyak solusi yang benar, dan terdapat banyak cara untuk mencapai solusi itu. Pendekatan ini memberikan kesempatan pada siswa untuk “experience in finding something new in the process” (Schoenfeld,1997).
C.
Prinsip
– prinsip Metode Pembelajaran Open Ended.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
open-ended mengasumsikan tiga prinsip, yakni sebagai berikut :
1. Related to the autonomy of student’ activities. If requires that we
should appreciate the value of student’ activities for fear of being just
non-interfering.
2.
Related to
evolutionary and integral nature of mathematical knowledge. Content mathematics
is theoretical and systematic. Therefore, the more essential certain knowledge
is, the more comprehensively it derives analogical, special, and general
knowledge.
3.
Related to teachers’ expedient decision-making
in class. In mathematics class, teachers often encounter students’ unexpected
ideas. In this bout, teachers have an important role to give the ideas full
play, and to take into account that other students can also understand real
amount of the unexpected ideas.
Jenis
Masalah yang digunakan dalam pembelajaran melalui pendekatan open-ended ini
adalah masalah yang bukan rutin yang bersifat terbuka. Sedangkan dasar
keterbukaanya (openness) dapat diklasifikasikan kedalam tiga tipe, yakni
: Process is open, end product are open dan ways to develop are open.
Prosesnya terbuka maksudnya adalah tipe soal yang diberikan mempunyai
banyak cara penyelesaian yang benar. Hasil akhir yang terbuka, maksudnya tipe
soal yang diberikan mempunyai jawaban benar yang banyak (multiple), sedangkan
cara pengembang lanjutannya terbuka, yaitu ketika siswa telah selesai
menyelesaikan masalahnya, mereka dapat mengembangkan masalah baru dengan
mengubah kondisi dari masalah yang pertama (asli). Dengan demikian pendekatan
ini menyelesaikan masalah dan juga memunculkan masalah baru (from problem to
problem).
D.
Kelemahan
dan Kelebihan pendekatan Open–Ended.
Dalam pendekatan open-ended guru
memberikan permasalah kepada siswa yang solusinya tidak perlu ditentukan hanya
melalui satu jalan. Guru harus memanfaatkan keragaman cara atau prosedur yang
ditempuh siswa dalam menyelesaikan masalah. Hal tersebut akan memberikan
pengalaman pada siswa dalam menemukan sesuatu yang baru berdasarkan
pengetahuan, keterampilan dan cara berfikir matematik yang telah diperoleh sebelumnya.
Ada beberapa kelebihan dari pendekatan ini, antara lain:
a. Siswa memiliki kesempatan untuk
berpartisipasi secara lebih aktif serta memungkinkan untuk mengekspresikan
idenya.
b. Siswa memiliki kesempatan lebih
banyak menerapkan pengetahuan serta keterampilan matematika secara komprehensif.
c. Siswa dari kelompok lemah sekalipun
tetap memiliki kesempatan untuk mengekspresikan penyelesaian masalah yang
diberikan dengan cara mereka sendiri.
d. Siswa terdorong untuk membiasakan
diri memberikan bukti atas jawaban yang mereka berikan.
e. Siswa memiliki banyak pengalaman,
baik melalui temuan mereka sendiri maupun dari temannya dalam menjawab
permasalahan.
Disamping kelebihan yang dapat diperoleh dari pendekatan
open-ended, terdapat juga beberapa kelemahan, diantaranya:
a. Sulit membuat atau menyajikan
situasi masalah matematika yang bermakna bagi siswa.
b. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahamai siswa
sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon
permasalahan yang diberikan.
c. Karena jawaban bersifat bebas, siswa
dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.
d. Mungkin ada sebagian siswa yang
merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang
mereka hadapi.
E.
Pendekatan
Open Ended dalam Pembelajaran Matematika.
Pembelajaran
dengan pendekatan Open-ended mengharapkan siswa tidak hanya mendapatkan
jawaban tetapi lebih menekankan pada proses pencarian suatu jawaban. Pendekatan
open-ended menjanjikan suatu
kesempatan kepada siswa untuk menginvestigasi berbagai strategi dan cara yang
diyakininya sesuai dengan kemampuan mengelaborasi permasalahan. Tujuannya tiada
lain adalah agar kemampuan berpikir matematika siswa dapat berkembang secara maksimal
dan pada saat yang sama kegiatan-kegiatan kreatif dari setiap siswa
terkomunikasi melalui proses belajar mengajar. Inilah yang menjadi pokok
pikiran pembelajaran dengan open-ended,
yaitu pembelajaran yang membangun kegiatan interaktifantara siswa dan
matematika dan siswa sehingga mengundang siswa untuk menjawab permasalahan
melalui berbagai strategi. Perlu digarisbawahi bahwa kegiatan matematik dan
kegiatan siswa disebabkan terbuka jika memenuhi tiga aspek berikut.
1. Kegiatan siswa harus terbuka
Yang
dimaksud kegiatan siswa harus terbuka adalah kegiatan pembelajaran harus
mengakomodasi kesempatan siswa untuk melakukan segala sesuatu secara bebas
sesuai dengan kehendak mereka. Misalnya, guru memberikan permasalahan seperti
berikut kepada siswa: Dengan menggunakan
berbagai cara, hitunglah jumlah sepuluh bilangan ganjil pertama mulai dari
satu! Dengan begitu siswa berkesampatan melakukan beragam aktivitas untuk
menjawab permasalahan yang di berikan sesuai dengan pikiran dan kemampuannya.
2. Kegiatan matematik adalah ragam
berpikir
Kegiatan
matematika adalah kegiatan yang di dalamnya terjadi proses pengabstraksian
pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam dunia matematika atau
sebaliknya. Pada dasarnya kegiatan matematik akan mengundang proses manipulasi
dan manifestasi dalam dunia matematika.
3. Kegiatan siswa dan kegiatan
matematik merupakan satu kesatuan.
Kegiatan siswa dan kegiatan
matematik dikatakan terbuka secara simultan dalam pembelajaran, jika kebutuhan
dan berpikir matematik siswa terperhatikan guru melalui kegiatan-kegiatan
matematik yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan lainnya. Dengan kata
lain, ketika siswa melakukan kegiatan matematika untuk memecahkan permasalahan
yang diberikan, dengan sendirinya akan mendorong potensi mereka untuk melakukan
kegiatan matematikpada tingkatan berpikir yang lebih tinggi. Dengan demikian,
guru tidak perlu mengarahkan agar siswa memecahkan permasalahan dengan cara atu
pola yang sudah ditentukan, sebab akan menghambat kebebasan berpikir siswa untuk
menemukan cara baru menyelesaikan permasalahan.
F.
Langkah
Guru dalam Mengembangkan Metode Pembelajaran Open–Ended.
Langkah penting yang harus dikembangkan guru dalam
pembelajran melalui pendekatan open-ended adalah menyusun rencana pembelajaran.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran sebelum problem
tersebut disampaikan kepada siswa, yakni:
a.
Apakah masalah tersebut kaya dengan konsep-konsep matematika dan bernilai?
Masalah (problem) harus mendorong
siswa untuk berfikir dari berbagai sudut pandang. Disamping itu juga harus kaya
dengan konsep-konsep matematika yang sesuai untuk siswa yang berkemampuan
tinggi maupun rendah dengan menggunakan berbagai strategi sesuai kemampuannya.
b. Apakah level
matematika dari masalah (problem) itu cocok untuk siswa?
Pada saat siswa menyelesaikan
problem open-ended, mereka harus menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang
mereka punyai. Jika guru memprediksi bahwa persoalan itu diluar jangkauan
siswa, maka problem itu harus diubah/diganti dengan problem yang berada dalam
wilayah pemikiran siswa.
c.
Apakah problem itu mengundang pengembangan konsep matematika lebih lanjut?
Problem harus memiliki keterkaitan
atau dihubungkan dengan konsep-konsep matematika yang lebih tinggi sehingga
dapat memacu siswa untuk berfikir tingkat tinggi.
Apabila
kita telah memformulasi problem mengikuti kriteria yang telah dikemukakan,
langkah selanjutnya adalah mengembangkan rencana pembelajaran yang baik. Pada
tahap ini hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Tuliskan respon
siswa yang diharapkan
Siswa diharapkan merespon problem
open-ended dengan berbagai cara. Oleh karena itu guru harus menuliskan daftar
antisipasi respon siswa terhadap problem. Karena kemampuan siswa dalam
mengekspresikan idea tau pikirannya terbatas, mungkin mereka tidak akan mampu
menjelaskan aktivitas mereka dalam memecahkan problem itu. Namun mungkin juga
mereka mampu menjelaskan ide-ide matematika dengan cara berbeda. Dengan
demikian antisipasi guru membuat banyak kemungkinan respon yang dikemukakan
siswa menjadi penting dalam upaya mengarahkan dan membantu siswa memecahkan
permasalahan sesuai dengan cara kemamapuan siswa.
b. Tujuan dari
problem itu diberikan harus jelas
Guru harus memahami peranan problem
itu dalam keseluruhan rencana pembelajaran. Problem dapat diperlakukan sebagai
topik yang independen, seperti dalam pengenalan konsep baru, atau sebagai
rangkuman dari kegiatan belajar siswa. Dari pengalaman, problem open-ended
efektif untuk pengenalan konsep baru atau dalam rangkuman dari kegiatan
belajar.
c. Sajikan problem
semenarik mungkin.
Konteks permasalahan yang diberikan
harus dikenal baik oleh siswa dan harus membangkitkan semangat intelektual.
Karena problem open-ended memerlukan waktu untuk berfikir dan mempertimbangkan,
maka problem itu harus mampu menarik perhatian siswa.
d.
Lengkapi prinsip posting problem sehingga siswa memahami dengan mudah maksud
dari problem itu.
Problem harus diekspresikan
sedemikian sehingga siswa dapat memahaminya dengan mudah dan menemukan
pendekatan pemecahannya. Siswa dapat mengalami kesulitan jika eksplanasi
problem terlalu ringkas. Hal ini dapat timbul karena guru bermaksud memberikan
kebebasan yang cukup bagi siswa untuk memilih cara dan pendekatan pemecahan
masalah atau bisa diakibatkan siswa memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki
pengalaman dalam belajar karena terbiasa mengikuti petunjuk-petunjuk dari buku
teks. Untuk menghindari kesulitan yang dihadapi siswa seperti ini, guru harus
memberikan perhatian khusus menyajikan atau menampilkan problem.
e. Berikan waktu
yang cukup kepada siswa untukmengeksplorasi problem.
Kadang-kadang waktu yang diberikan
tidak cukup dalam menyajikan problem pemecahannya, mendiskusikan pendekatan dan
penyelesaian, dan merangkum apa yang telah siswa pelajari. Oleh karena itu guru
harus memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mengeksplorasi problem.
Berdiskusi secara aktif anatara siswa dan antara siswa dengan guru merupakan
interaksi yang sangat penting dalam pembelajaran open-ended. Guru dapat membuat
dua periode waktu untuk satu problem open-ended. Periode pertama, siswa bekerja
secara individual atau kelompok dalam memecahkan problem dan membuat rangkuman
dari proses penemuan yang mereka lakukan. Kemudian periode kedua, digunakan
untuk diskusi kelas mengenai strategi dan pemecahan serta penyimpulan dari
guru, dari pengalaman pembelajaran seperti ini terbukti efektif.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari penjelasan diatas
dapat disimpulkan sebagai berikut, munculnya pendekatan open-ended berawal
dari pandangan bagaimana menilai kemampuan siswa secara objektif kemampuan
berfikir tingkat tinggi matematika. Seperti diketahui bahwa dalam pembelajaran
matematika, rangkaian pengetahuan, ketrampilan, konsep-konsep, prinsip-prinsip
atau aturan-aturan biasanya diberikan kepada siswa dalam langkah sistematis.
Tentu saja rangkaian tersebut tidak diajarkan secara langsung terpisah-pisah
atau masing-masing, namun harus disadari sebagai rangkaian yang terintegrasi
dengan kemampuan dan sikap setiap siswa. Dengan demikian akan terbentuk suatu
keteraturan atau pengorganisasian intelektual yang optimal.
Untuk mengetsahui
kemampuan tingkat tinggi matematika siswa, kita harus menelaah bagaimana siswa
menggunakan segala sesuatu yang telah dipelajari, dapat digunakan dalam
mengatasi masalah yang dihadapinya. Dangan kata lain, kreatifitas dan pola
pikir matematis siswa akan muncul secara simultan. Namun alam tes tertulis,
biasanya guru menggunakan close-problem, hal tersebut tidak akan muncul. Karena siswa cenderung hanya
menggunakan sebagian kecil dari pola pikir matematikanya. Akibatnya, muncul
suatu pertanyaan, dapatkah tes tertulis dalam bentuk soal rutin tersebut
mempunyai probabilitas tinggi untuk dapat mengukur secara objektif kemampuan
tingkat tinggi anak ?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka dapat dikelompokkan
menjadi tiga bagian, yaitu :
1.
Apa contoh perilaku siswa yang
dapat dipertimbangkan untuk mengukur kemampuan tingkat tinggi siswa secara
objektif ? Walaupun ini sukar untuk dievaluasi secara langsung bagaimana
kemampuan tingkat tinggi selama proses belajar mengajar, muncul pertanyaan,
perilaku apa yang dapat diukur dari mereka ? atau pola perilaku apa yang siswa
tunjukkan?
2.
Bagaimana mengkaji perilaku
siswa sehingga dipandang dapat mengukur kemampuan tingkat tinggi? Dengan kata
lain, dapatkah kita harapkan bahwa siswa yang mempunyai penampilan yang baik
pada tes rutin juga mencerminkan atau menggambarkan perilaku yang dimaksud? dan
apakah peningkatan yang telah diukur dengan tes rutin disertai juga dengan
peningkatan perilaku yang dikehendaki?
3.
Serangkaian pengetahuan,
ketrampilan dan cara-cara berfikir merupakan komponen-komponen yang penting
dari berfikir tingkat tingi, tetapi dapatkah komponen-komponen ini dikembangkan
lebih lanjut dengan menambah pengajaran ?
Selanjutnya dijelaskan
bahwa untuk menjawab pertanyaan di atas adalah sebagai berikut:
v Karena
kita mengetahui bahwa telah mempunyai kriteria yang tidak objektif pola
perilaku siswa yang ditunjukkan melalui tes rutin, maka haruslah disusun
situasi masalah yang dapat mematematikakan aktivitasi siswa. Dengan kata lain,
dalam melakukan analisis masalah, siswa akan berjalan pada aspek penting, yakni
dari masalah ke dalam cara-cara berfikir mereka dengan memobilisasi kemampuan
matematika yang telah dipelajarinya. Untuk menjawab pertanyaan kedua di atas,
diperlukan suatu pandangan bagaimana menyiapkan situasi permasalahan sedemikian
hingga dapat memobilisasi kemampuan matematika siswa. Hal inilah yang diadopsi
sebagai Open-ended problems. Alasannya adalah ketika siswa menganalisis
masalah yang menghasilkan solusi tunggal, ada dua kemungkin yang terjadi,
yaitu:
1. Situasi
yang serta merta; karena siswa telah mempelajarinya.
2. kecil
kemungkinan mendapatkan cara berfikir yang disukai mereka.
v Sedangkan
untuk pertanyaan ketiga, ditemukan bahwa ada kesukaran dalam mendesain
pembelajaran seperti itu. Akan tetapi, kesimpulan yang diperoleh dari hasilo
penelitiannya adalah kemampuan berfikir tingkat tinggi akan muncul melalui
proses pembelajaran open-ended.
B. Saran
Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah
ini terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami menyarankan pembaca dapat memberi kritik ataupun saran yang membangun, agar
kami dapat memperbaiki dimana letak kesalahan dan kekurangan dalam menyusun makalah, demi tercapainya kesempurnaan
penyusuna makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber :
Erman Suherman, dkk.(2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:JICA.UPI.